Rabu, 12 Juli 2017

Dan Akhirnya Kau Kabulkan Doaku

Rabu, 21 Juni 2017

Ku pikir, hari itu kan menjadi hari yang menyenangkan.
Ku pikir, hari itu kan menjadi momen yang menggembirakan.

Hari itu, dimana awalnya ku merasakan kegembiraan yang teramat dan dilanjut dengan sakit yang teramat pula.
Hari itu, dimana awalnya kita sepakat untuk menuju tempat yang sama namun dilanjut dengan aku yang menuju tempat berbeda.

Tak ada firasat sedikitpun akan hal apa yang kan terjadi.
Semuanya mungkin sudah terkalahkan dengan rasa gembiraku kala itu.

Bermulakan izin dari orangtua untukku pergi.
Juga bermulakan sedikit celoteh canda tawa dengan orangtuaku sebelum ku keluar rumah.

Lagi-lagi, tak ada firasat buruk menghampiri.
Dengan santainya ku menaiki ojek online yang sudah ku pesan.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, masih dalam suasana bulan suci Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri. Jalanan masih terhitung ramai lancar. Ku naiki ojek online ku sambil memainkan gadget.

Jarak demi jarak telah ku lalui untuk mencapai tempat yang telah kita sepakati, tempat yang sudah sejak lama ingin sekali ku datangi.

Ku pikir, hari itu aku bisa pergi kesana.
Ku pikir, hari itu aku bisa bertemu dengan keluarganya.
Ku pikir, hari itu aku bisa bertemu dengan kalian semua disana.
Karena niatku ingin mengenal kalian lebih dekat.
Niatku ingin memahami kalian lebih dalam.

Ah, ternyata Allah punya jalan cerita lain.
Pada hari itu, Allah kabulkan doaku.
Doa yang sudah lama sekali tak sengaja ku sebut dalam hati.
Doa yang tak ku sangka-sangka dikabulkan dengan cara seperti ini.

Ya, doaku dikabulkan.
Dirawatlah aku di rumah sakit berkat kecelakaan itu.
Kecelakaan, ojek online ku menabrak kopaja dan akhirnya aku terpental.
Darah bercucuran.
Orang-orang berkerumunan.
Rasa sakit bukan kepalang.
Jeritku pun tak dihiraukan.

Semakin menjadi rasa sakit itu ketika ku tau bahwa kaki ku sudah dalam keadaan patah. Tak bisa ku membangunkan diriku sendiri kala itu, menggerakkannya saja aku tak sanggup. Hanya jerit meminta bantuan kepada semua orang yang bisa aku lakukan.

Mama!
Ya, yang pertama kali terbersit dalam pikiranku adalah mama.
Ku cari gadget ku disepandang penglihatan namun tak ku temukan.
Lagi-lagi ku hanya bisa menjerit meminta bantuan untuk menemukan gadget ku.
Aku hanya ingin mendengar suara mama, aku hanya ingin menghubungi mama, aku hanya ingin bertemu mama saat itu karena aku yakin hanya mama yang bisa meredakan rasa sakitku!

Ternyata gadgetku terpental jauh dariku.
Diujung sebrang sana gadgetku ditemukan.
Setelah ku terima gadgetku, segera aku menghubungi mama.
Mengaduh, menjerit, menangis, semua aku tumpahkan padanya.
Sampai pada akhirnya tak kuasa ku menahan sakit, ku berikan gadget ku pada seorang penolong.

Penolongku ini adalah seorang pria penumpang kopaja yang aku tabrak.
Dia yang akhirnya berinisiatif menolongku dan membawaku ke rumah sakit terdekat.
Tak dihiraukannya darahku yang bercucuran mengotori kemejanya.
Tak dihiraukan cakaran tajam kuku jemariku yang melukai badan serta tangannya.
Yang dia tau hanya rasa sakit yang aku rasakan karena dia juga pernah merasakannya.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung dilarikan ke IGD.
Sementara penolongku menunggu di depan ruangan sambil terus menghubungi orangtuaku.

Di dalam IGD, dokter langsung merobek celana ku, dia bersihkan luka robek di patahan tulang keringku dengan cairan yang tidak aku ketahui apa namanya, setelah itu langsung dia lakukan penjahitan di luka robek itu.

Tak ingin rasanya ku hiraukan rasa sakitnya jarum dan benang jahit itu yang menancap lalu keluar begitu seterusnya di beberapa bagian di kaki kananku. Namun sakit! Sakit itu benar-benar terasa. Hanya bius lokal yang baru disuntikkan di kaki kiri sambil berjalannya proses penjahitan luka di kaki kananku dan itu tidak memberikan efek sedikitpun.

Lagi, hanya menjerit kesakitan yang bisa aku lakukan.
Hingga akhirnya datanglah mama, papa, dan adikku, pereda rasa sakitku, penenang hatiku.

Sekeluarnya aku dari ruang IGD, mulai tenanglah hatiku. Aku sudah melihat mereka, aku sudah bersama mereka. Mama, papa, dan adikku.


Tak lama, terlintas kalian dalam benakku.
Ah, iya, aku meninggalkan kalian.

Maaf.
Maaf aku menggagalkan acara bahagia kita.
Maaf aku membuat kalian khawatir.
Dan maaf, aku merepotkan kalian.

Sungguh ku dengar nada tulus kekhawatiran terucap dari mulut kalian.
Ketika kalian berdatangan, ketika kalian selalu menemani, ketika kalian menghiburku saat itu, lengkaplah sudah dikabulkannya doaku.

Terimakasih yaAllah, Engkau Yang Maha Baik, Engkau Yang Maha Berkuasa Mengabulkan Segala Doa.
Aku hanya terkejut, terkejut akan kebesaran-Mu. Terkejut akan dikabulkannya doaku dalam kejadian seperti ini.
Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar